Sampah Tumpah Ruah, Kepemimpinan Pemimpin Dipertanyakan - gema darussalam

Breaking

gema darussalam

Bicara Apa Adanya, Berbagi Cerita dan Berita, Dari Desa Terbang Menyapa Dunia

Senin, 17 November 2025

Sampah Tumpah Ruah, Kepemimpinan Pemimpin Dipertanyakan


 Kondisi pengelolaan sampah di TK telah mencapai titik kritis yang memicu kemarahan publik. Area pembuangan yang seharusnya dikelola secara profesional kini menjelma menjadi pemandangan menjijikkan. Gunungan sampah telah meluber jauh melampaui batasnya, memenuhi bahu jalan, dan menebar aroma busuk yang tak tertahankan. Ironisnya, situasi memprihatinkan ini terjadi di bawah kepemimpinan pemimpin yang seolah bersikap buta dan tuli terhadap penderitaan warganya.


Korban Utama adalah para Petani dan Sawah yang Terancam. Dampak paling nyata dan menyakitkan dirasakan oleh masyarakat pemilik lahan pertanian, terutama sawah yang berlokasi persis di sekitar area pembuangan liar tersebut.


Pencemaran Parah Saat angin berhembus kencang, terutama di musim kemarau, material sampah ringan seperti plastik kresek, botol air mineral, dan bungkus makanan dengan mudahnya terbang dan mendarat di petak-petak sawah.


Ancaman Produksi Pangan, Plastik-plastik ini tidak hanya mengotori, tetapi juga menyumbat saluran irigasi primer dan sekunder, menghambat aliran air yang krusial bagi tanaman padi. Selain itu, plastik yang terpendam di tanah dalam jangka panjang akan merusak kualitas unsur hara dan mengancam keberlanjutan panen. Petani terpaksa menghabiskan waktu dan tenaga ekstra untuk memunguti sampah sebelum bisa menggarap lahan mereka.


Janji Palsu Pengadaan Sarana Sampah

Masyarakat mengetahui adanya alokasi dana untuk perbaikan tata kelola sampah. Kabar mengenai pengadaan mobil pick-up khusus untuk pengangkutan sampah telah menjadi rahasia umum.


Implementasi Nol, Kendaraan yang dijanjikan tersebut, yang konon sudah dianggarkan dan dibeli, belum menunjukkan aktivitas operasional yang signifikan. Sudah hampir satu tahun sejak janji itu dilontarkan, namun penanganan sampah harian masih dilakukan secara manual dan tidak terintegrasi, menyebabkan penumpukan yang masif.


Pertanyaan Anggaran, Keterlambatan dan ketidakjelasan ini menimbulkan kecurigaan serius mengenai efektivitas dan transparansi penggunaan dana yang dialokasikan untuk sektor kebersihan dan lingkungan.


Beberapa kali perwakilan masyarakat telah menyampaikan keluhan dan masukan langsung kepada pimpinan setempat. Namun, respons yang didapat selalu datar dan tanpa tindak lanjut konkret. "Kami sudah berkali-kali memberi masukan, baik secara lisan maupun melalui perwakilan. Tapi pimpinan itu seperti buta dan tuli. Tidak ada tindakan nyata, hanya janji-janji kosong. Seolah masalah ini bukan prioritas," ujar salah satu warga.


Sikap pimpinan ini menunjukkan kurangnya kepekaan sosial dan lemahnya tanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan dan kesejahteraan petani, yang notabene adalah tulang punggung ekonomi desa.


Saat tekanan publik meningkat, bukannya bersatu mencari solusi, yang terlihat justru permainan saling lempar tanggung jawab antara Eksekutif dan Legislatif sebagai pengawas.


Pimpinan menyalahkan legislatif karena dianggap lambat dalam persetujuan atau pengawasan program. Lagislatif menuding pimpinan tidak becus dalam eksekusi program yang sudah disetujui. Saling menyalahkan ini hanya menegaskan bahwa kepentingan masyarakat telah terabaikan di tengah konflik internal dan ego sektoral para pejabat tingkat bawah.


Batas Kesabaran Masyarakat Telah Tercapai

Kondisi sampah yang tumpah ruah bukan hanya masalah kebersihan, tetapi simbol kegagalan kepemimpinan. Masyarakat sudah lelah dengan janji yang tidak ditepati dan sikap abai pemimpinnya.


Situasi ini adalah peringatan terakhir. Jika mimpinan dan anggota legislatif masih berdiam diri dan terus berlindung di balik konflik internal, maka sudah dipastikan bahwa kemarahan dan mosi tidak percaya dari masyarakat hanya tinggal menunggu waktu. Warga berhak atas lingkungan yang bersih dan kepemimpinan yang bertanggung jawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar