Rensing Bat, Sakra Barat- Jumat yang penuh berkah di desa Rensing bat, Lombok Timur, menjadi saksi bisu sebuah ikatan suci yang terjalin melampaui ribuan kilometer jarak dan batas negara. Di Masjid Jami' Nurul Islam, dengan disaksikan ratusan masyarakat dan jamaah, seorang pria warga negara Cina, Cheng zi, resmi memeluk agama Islam.
Dalam suasana yang khidmat, Cheng zi mengucapkan dua kalimat syahadat di bawah bimbingan langsung TGH. Muh. Yusuf Makmun. Ikrar keislaman ini disambut takbir dan doa dari para saksi mata, termasuk TGH. Zulkarnain Almusannif, Lc, dan TGH. Abdul Kholiq Saleh, S.Pd.I. Sebagai penanda babak baru dalam hidupnya, TGH. Muh. Yusuf Makmun menganugerahkan nama Muslim kepadanya dengan nama "Muhammad Qhosim".
Kisah perjalanan spiritual Muhammad Qhosim ini bermula dari dunia digital. Tidak seperti pertemuan konvensional, cinta antara Cheng zi (kini Muhammad Qhosim) dan Par, gadis asli desa Borok Toyang, Sakra Barat, Lombok Timur, bersemi melalui interaksi di media sosial.
Sekitar tiga tahun lalu, dua insan dari budaya yang sangat berbeda ini mulai menjalin komunikasi daring. Melalui layar ponsel, mereka saling berbagi cerita tentang kehidupan, adat istiadat, dan impian masing-masing. Jarak yang membentang antara Cina dan Pulau Lombok tidak menjadi penghalang. Justru, komunikasi jarak jauh selama hampir 36 bulan tersebut memupuk rasa saling percaya dan cinta yang mendalam.
Par, yang dibesarkan dalam lingkungan agamis di Pulau Seribu Masjid, perlahan memperkenalkan nilai-nilai Islam kepada Qhosim. Percakapan mereka tidak hanya seputar asmara, tetapi juga mendalam tentang makna hidup dan keyakinan. Ketulusan Par dan ajaran Islam yang damai memikat hati Qhosim.
Setelah tiga tahun hanya berkomunikasi secara virtual, Muhammad Qhosim memutuskan untuk datang langsung ke Lombok. Kedatangannya bukan sekadar untuk bertemu sang kekasih, tetapi juga untuk memantapkan hati dalam mengambil keputusan terbesar dalam hidupnya, menjadi mualaf dan menikahi Par.
Keputusannya memeluk Islam didasari oleh keyakinan pribadi yang semakin kuat setelah mendalami ajaran agama melalui interaksi jarak jauh tersebut. Lingkungan religius di desa Rensing bat, yang kental dengan suara azan dan aktivitas masjid, semakin menguatkan niatnya.
"Hidayah Allah bisa datang melalui jalan mana saja, bahkan melalui media sosial dan cinta jarak jauh," ujar salah seorang tokoh masyarakat yang turut hadir.
Prosesi syahadat hari ini menjadi puncak dari penantian panjang mereka. Ini adalah langkah awal yang indah bagi Muhammad Qhosim dan Par untuk membangun rumah tangga yang Islami. Rencananya, akad nikah mereka akan dilangsungkan dalam waktu dekat.
Masyarakat desa Rensing bat menyambut Muhammad Qhosim sebagai bagian dari keluarga besar mereka. Doa dan harapan mengalir deras agar mualaf baru ini dapat terus istiqomah dalam menjalankan ibadah dan ajaran agama Islam.
Kisah cinta Muhammad Qhosim dan Par menjadi inspirasi, membuktikan bahwa teknologi dapat menjembatani hati dan budaya, serta menjadi jalan bagi hidayah untuk berlabuh di Pulau Seribu Masjid. Semoga kehidupan baru Muhammad Qhosim penuh berkah dan kebahagiaan. Aamiin



Tidak ada komentar:
Posting Komentar